4 Hoax Photoshop yang Bikin Desainmu Kayak Meme Jadul

Photoshop

4 Hoax Photoshop yang Bikin Desainmu Kayak Meme Jadul

Photoshop itu udah kayak senjata utama buat desainer. Dari anak sekolah yang bikin pamflet OSIS sampai desainer freelance yang ngerjain proyek brand luar negeri, semuanya pasti pernah bersentuhan sama aplikasi satu ini. Tapi sayangnya, banyak banget hoax soal Photoshop yang bikin orang salah kaprah. Bukannya makin jago, malah hasil desainnya mirip meme zaman BBM masih rame. Jadul, norak, dan nggak layak tayang.

Masalahnya, hoax-hoax ini udah terlanjur dipercaya banyak orang, bahkan diajarin juga di kursus kilat atau tutorial online tanpa filter. Kalau kamu nggak hati-hati, bisa-bisa desainmu malah jadi bahan lelucon di grup klien. Yuk, kita bahas 4 hoax Photoshop yang harus kamu hindari biar desainmu nggak memalukan.


1. “Semakin Banyak Efek, Semakin Keren”

Ini hoax paling sering bikin desain jadi rame tapi nggak jelas. Banyak orang baru belajar Photoshop mikir kalau desainnya harus penuh efek: glow, drop shadow, bevel, emboss, dan segala macam yang bikin objek jadi kayak kue ulang tahun. Padahal, desain bagus itu bukan soal banyaknya efek, tapi soal penempatan yang tepat dan fungsional.

Efek itu kayak bumbu, bukan isi utama. Kalau kamu kasih efek berlebihan, desainmu jadi susah dibaca, nggak fokus, dan malah kelihatan amatir. Coba aja cek desain-desain profesional—rata-rata mereka justru simple, clean, dan fokus sama pesan yang mau disampaikan.

Jadi, stop mikir efek = keren. Efek yang dipakai tanpa alasan itu cuma bikin desainmu mirip meme jadul tahun 2010-an.


2. “Resolusi Tinggi Itu Nggak Penting, Toh Cuma Buat Sosmed”

Ini hoax yang bikin banyak desain jadi blur, pecah, dan nggak layak upload. Banyak yang mikir, “Ah, ini cuma buat Instagram, jadi nggak usah pusingin resolusi.” Padahal justru di era visual digital kayak sekarang, kualitas gambar itu krusial banget. Apalagi kalau kamu kerja buat brand yang pengen tampil profesional.

Kalau kamu bikin desain dengan resolusi rendah, begitu di-zoom atau dicetak, hasilnya bisa buram, pecah, bahkan font-nya nggak kebaca. Klien pun jadi ilfeel. Belum lagi kalau file-nya dikirim ke tim lain buat diproses ulang—hasilnya bisa kacau total.

Jadi mulai sekarang, pastiin resolusi desainmu minimal 300 dpi kalau untuk cetak, dan 72 dpi dengan ukuran pas kalau buat digital. Jangan anggap enteng hal teknis kayak gini, karena ini yang nentuin kesan pertama dari desain kamu.


3. “Desain yang Bagus Harus Penuh Warna-Warni Cerah”

Siapa bilang desain keren itu harus rame warna? Ini hoax yang sering bikin desain jadi norak kayak brosur pengajian 2009. Warna emang penting dalam desain, tapi bukan berarti kamu harus tabrak semua warna cerah di satu layout. Ada alasan kenapa desainer profesional pakai palet warna terbatas, harmonis, dan sesuai mood brand.

Kalau kamu asal comot warna dari gradient pelangi dan masukin semua font warna neon, jangan heran kalau desainmu malah kelihatan nggak profesional. Warna itu punya psikologi, punya konteks. Dan yang paling penting, warna harus bantu pembaca buat fokus, bukan malah kabur karena sakit mata.

Coba belajar soal color theory, kombinasi warna, dan kenapa ada brand besar yang cuma pakai dua warna tapi tetap berkesan. Ingat, warna bukan pajangan—dia harus kerja sama kamu buat komunikasi pesan.


4. “Asal Bisa Photoshop, Berarti Udah Bisa Jadi Desainer”

Ini hoax paling berbahaya dan paling sering bikin orang kejebak. Banyak yang ngerasa udah jago Photoshop karena bisa hapus background, kasih efek api, atau ganti warna baju. Padahal, jadi desainer itu bukan cuma soal ngerti tools, tapi soal ngerti konsep, tata letak, pesan, dan target audiens.

Photoshop itu cuma alat. Desain itu proses. Kamu bisa aja jago Photoshop tapi tetap bikin layout yang ngaco, tipografi yang berantakan, dan desain yang nggak punya arah. Makanya, jangan puas cuma bisa pakai tool. Pahami juga prinsip desain, storytelling visual, dan tujuan dari setiap karya yang kamu buat.

Kalau nggak, ya ujung-ujungnya kamu cuma jadi “tukang edit” bukan desainer. Klien bakal ngasih instruksi rinci, dan kamu cuma eksekusi tanpa inisiatif. Padahal, desainer yang dibayar mahal itu bukan karena skill Photoshop-nya, tapi karena mereka ngerti solusi visual yang tepat.


Kesimpulan: Jangan Mau Dikerjain Hoax Desain

Belajar Photoshop itu penting. Tapi lebih penting lagi buat ngerti bahwa desain bukan cuma soal teknis. Hoax-hoax yang sering dipercaya justru bisa ngerusak skillmu secara diam-diam dan bikin hasil kerja kelihatan murahan.

Kalau kamu pengen berkembang sebagai desainer, berhenti percaya bahwa efek rame = bagus, warna cerah = keren, atau skill Photoshop = jadi desainer. Mulai cari tahu kenapa desain tertentu works, belajar dari karya profesional, dan terus evaluasi desain kamu sendiri.

Ingat, tujuan desain itu komunikasi, bukan pamer skill. Jangan sampai desainmu malah kelihatan kayak meme jadul yang viral karena salah, bukan karena bagus.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top