6 Hoax Teknik Closing Live yang Cuma Ngalihin Fokus dari Stok yang Numpuk

Closing

6 Hoax Teknik Closing Live yang Cuma Ngalihin Fokus dari Stok yang Numpuk

Live shopping makin digandrungi, tapi makin banyak juga “trik-trik sakti” yang katanya bisa bikin closing meledak. Masalahnya, nggak semua teknik itu beneran efektif. Banyak banget teknik closing live yang cuma rame di bibir host, tapi hasilnya nihil. Alih-alih jualan laris, stok malah makin menumpuk di gudang. Yang ada, tim makin panik, host makin ngos-ngosan, dan buyer kabur satu per satu.

Nah, biar kamu nggak terjebak di lingkaran setan closing palsu, yuk kita bahas 6 hoax teknik closing live yang sering banget dipakai, padahal cuma ngelantur dari masalah stok yang makin numpuk.


1. “Tinggal 3 Lagi!” Padahal Stok Masih Kardusan

Kalimat andalan ini sering banget dipakai buat bikin sense of urgency. Katanya sih biar orang buru-buru checkout. Tapi masalahnya, banyak yang nge-bluff. Di live bilang tinggal tiga, padahal di gudang masih 50 pcs nangkring.

Masalahnya, buyer zaman sekarang makin pinter. Sekali dua kali percaya, tapi lama-lama ilfeel juga. Apalagi kalau minggu depan masih jualan produk yang sama dan “tinggal tiga lagi” terus. Ini bukan bikin closing, tapi ngebangun ketidakpercayaan. Ending-nya, makin susah nawarin produk, karena penonton udah males percaya.


2. “Ini Last Live, Abis Ini Gak Ada Lagi!” (Tapi Besok Live Lagi)

Gaya deadlinenya dipaksain banget. Katanya ini adalah live terakhir, promonya cuma malam ini, dan gak bakal restock. Tapi keesokan harinya… eh, live lagi dengan produk yang sama. Ini bukan teknik closing, ini trik yang gagal paham.

Alih-alih ngasih tekanan halus ke pembeli, cara ini bikin brand kamu kehilangan kredibilitas. Kalau niatnya nutupin stok yang numpuk, ini malah nambah masalah. Karena makin sering buyer dibohongin, makin susah mereka percaya saat kamu bener-bener mau clear stok.


3. Drama “Gak Jadi Dijual” Biar Terlihat Eksklusif

Teknik ini biasanya dipakai dengan cara pura-pura mau batalin penjualan. “Aku tadinya gak mau jual ini, tapi karena kalian baik, aku lepas juga deh.” Sayangnya, drama ini terlalu dibuat-buat. Penonton sekarang udah bisa bedain antara niat jualan dan akting lebay.

Yang kamu perlukan justru strategi yang jujur. Kalau stok numpuk, ya tinggal bikin campaign clearance sale yang menarik. Daripada bikin drama yang gak perlu, mending ubah angle promosi jadi “stok terbatas karena mau ganti season”. Itu jauh lebih masuk akal dan bisa diterima buyer.


4. Harga Palsu yang Dikedipin Biar Terlihat “Diskon Gila”

“Normalnya Rp399.000 ya guys, tapi malam ini aku kasih cuma Rp79.000!” Padahal, harga normalnya gak pernah segitu. Ini bukan diskon, ini manipulasi harga. Teknik ini sering banget dipakai buat nutupin stok yang nggak jalan.

Emang sih, awalnya bisa bikin orang kaget dan FOMO. Tapi begitu buyer ngecek harga di marketplace atau web lain, langsung ketahuan. Reputasi kamu bisa jatuh cuma gara-gara satu kebohongan harga. Yang paling bahaya, bisa diserang review jelek yang ujung-ujungnya bikin produk kamu makin susah laku.


5. “Udah Ribuan Terjual Hari Ini!” Tapi Chat Kosong

Teknik ini mencoba menciptakan social proof palsu. Tapi penonton live gak sebodoh itu. Kalau kamu bilang ribuan terjual, tapi kolom chat sepi dan gak ada keranjang masuk, orang-orang langsung sadar itu hoax.

Kalau kamu emang butuh boosting penjualan, mendingan kerja sama sama affiliate atau reseller buat bantuin. Atau bisa juga pakai strategi bundling daripada ngebual angka yang gak ada buktinya. Karena saat buyer tahu kamu ngarang, mereka bakal ninggalin kamu tanpa banyak kata.


6. Teriak-Teriak dan Ngatur Emosi Buat Bikin Tekanan

Ada juga teknik closing yang sengaja bikin tegang suasana. Host sengaja teriak-teriak, naikin emosi, sambil bilang, “Siapa cepat dia dapat! Jangan nyesel ya kalau abis!” Padahal produk itu udah empat bulan gak laku dan numpuk di gudang.

Teknik ini mungkin berhasil sesekali, tapi capek di host, capek juga di penonton. Dan kalau sering-sering dipakai, live kamu bakal dianggap drama ketimbang jualan. Penonton cari pengalaman belanja yang nyaman, bukan digertak. Mending ubah pendekatan jadi lebih solutif, misalnya: “Produk ini lagi diskon karena mau ganti varian, ayo manfaatin mumpung murah.”


Kesimpulan: Yang Dibutuhin Bukan Gimmick, Tapi Strategi Jelas

Gak semua teknik closing itu salah, tapi kalau kamu terus-terusan ngandelin hoax, hasilnya juga cuma ilusi. Stok yang numpuk gak bisa hilang cuma karena acting di depan kamera. Yang dibutuhin adalah kejujuran, strategi bundling, diskon yang masuk akal, dan pengemasan yang bikin buyer percaya.

Konsisten bangun trust, kasih nilai tambah, dan edukasi audience soal produk kamu. Itu jauh lebih efektif dibanding ngejar drama biar penjualan kelihatan ramai. Ingat, closing yang bener itu bukan soal ngomporin penonton, tapi bikin mereka yakin dan nyaman buat klik “beli sekarang”.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top